Apakah Anda sering merasa malas untuk mengerjakan sesuatu? Atau malah sering menunda-nunda suatu pekerjaan? Tidak perlu khawatir, sifat tersebut ternyata wajar dimiliki oleh manusia. Yuk simak blog kami untuk mengetahui informasi selengkapnya!
Biasanya seseorang menunda-nunda pekerjaannya karena beberapa faktor. Beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab adalah, belum adanya keinginan untuk mengerjakan sesuatu dan lemahnya niat atau tekad untuk melakukan pekerjaan tersebut. Berdasarkan riset, umur yang dinilai paling sering menunda pekerjaan adalah pada masa remaja.
- Merasa cemas dengan tugas yang akan dikerjakan.
- Cemas akan kemampuan sendiri dalam mengerjakan suatu kegiatan.
- Merasa terlalu lelah.
- Merasa bahwa memiliki banyak waktu untuk mengerjakan kegiatan tersebut
- Mempercayai bahwa performa Anda akan lebih baik jika Anda mengerjakannya di dekat deadline.
Selain itu, menunda-nunda pekerjaan ternyata bisa juga didasari oleh faktor mental lho.
Menunda pekerjaan tidak selalu dapat diasosiasikan dengan penyakit mental. Namun, banyak diagnosa penyakit mental yang dapat dilakukan jika ditinjau dari proses penundaan pekerjaan tersebut. Berikut beberapa contohnya,
Seseorang dengan ADHD akan sulit untuk memusatkan perhatiannya dan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Seseorang yang memiliki depresi biasanya akan kehilangan minat dan motivasi untuk mengerjakan sesuatu, bahkan meskipun hal tersebut adalah tugas yang mudah. Jika sudah kehilangan motivasi, maka tentunya bisa timbul keinginan untuk menunda pekerjaan.
Untuk seseorang yang memiliki kecemasan, sebuah pekerjaan kadang dapat dinilai terlalu berat. Saat seseorang sudah mengasosiasikan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah hal yang berat, maka ia akan lebih cenderung menunda pekerjaannya.
Otak manusia memiliki sifat alami untuk mempertahankan keadaan dan tidak melakukan apapun saat dihadapkan dengan pilihan yang sulit, kejadian ini jika ditinjau secara psikologi dinamakan status quo bias. Misalnya untuk mengambil keputusan apakah harus pindah rumah atau menetap, saat dirasa sulit untuk memilih, pada akhirnya orang tersebut akan memilih untuk tidak melakukan apapun. Status quo bias akan mempengaruhi sedikit banyaknya perilaku manusia.
Di dalam otak, terdapat nucleus accumbens yang merupakan tombol pelepas hormon dopamin. Hormon dopamin merupakan salah satu hormon yang bertugas untuk menjadi sumber bagi rasa untuk melakukan sesuatu dengan giat. Jika tombol pelepas hormon dopamin tersebut bekerja, siapapun pasti akan bekerja tanpa menunda-nunda. Namun sayangnya tombol tersebut tidak dapat aktif sesuai dengan perasaan dan dukungan eksternal saja.
Biasanya otak akan cenderung menolak adanya perubahan jika terjadi dalam ukuran yang besar. Namun, jika perubahan yang dilakukan dinilai sebagai perubahan kecil, maka otak dapat menerima perubahan tersebut. Selain itu, otak akan merasa terbebani jika harus melakukan berbagai macam pekerjaan sekaligus. Namun semuanya akan terasa lebih mudah jika pekerjaan tersebut dibagi menjadi beberapa pekerjaan kecil.
Misalnya, saat harus menulis laporan keuangan, otomatis otak akan menetapkan bahwa tugas tersebut adalah tugas yang berat sehingga timbullah rasa enggan untuk mengerjakan. Untuk mempermudah proses penulisan laporan, kita bisa memulai dari membuka aplikasi terlebih dahulu. Membuka aplikasi untuk menulis laporan merupakan kegiatan yang nampaknya sangat mudah dilakukan. Saat sudah dilakukannya kegiatan kecil, otak akan perlahan-lahan mulai menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan bukanlah pekerjaan yang berat. Dengan begitu, tombol hormon dopamin akan aktif dengan sendirinya dan Anda akan mulai menikmati pekerjaan Anda.
Ada baiknya saat melakukan kegiatan untuk tidak membayangkan bebannya terlebih dahulu. Anda bisa mengatur mindset Anda agar kegiatan yang akan dilakukan dapat dipecah menjadi beberapa kegiatan ringan. Lebih cepat memulai, lebih baik. Namun tidak baik jika melakukan kegiatan tanpa melakukan perencanaan terlebih dahulu, begitupun juga tidak baik jika terlalu terlarut dalam perencanaan suatu hal terlalu lama karena biasanya proses perencanaan tanpa sadar akan memakan waktu Anda terlalu lama. Misalnya jika Anda ingin memulai olahraga rutin, Anda bisa langsung memulai olahraga dengan menggunakan baju yang mudah dipakai bergerak dan berolahraga di rumah tanpa perlu memikirkan perencanaan seperti persiapan baju dan tempat untuk berolahraga. Lalu Anda juga bisa membiasakan diri Anda berolahraga dengan melakukan kegiatan seperti push-up ataupun sit-up terlebih dahulu. Setelah itu, jika ada masalah yang Anda temui selama berolahraga seperti, mulai timbulnya kesulitan melakukan push-up, Anda bisa mulai memikirkan cara untuk menghadapi masalah tersebut.
Saat ragu untuk melakukan sesuatu, mulailah terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan tersebut selama 10 detik. Jika Anda sudah melakukan pekerjaan selama 10 detik dan Anda merasa bahwa pekerjaan tersebut bisa dengan Anda kerjakan dengan lancar, maka semakin lama otak Anda akan semakin terbiasa untuk melakukannya dan Anda terbebas dari menunda pekerjaan.
Dengan menyadari bahwa bisa saja Anda menimbulkan masalah jika tidak langsung mengerjakan pekerjaan Anda, Anda akan lebih memiliki motivasi untuk bekerja tanpa penundaan.
Dengan melakukan hal kecil seperti misalnya mempersiapkan kegiatan dari hari sebelumnya, maka kita akan lebih siap dalam melakukan pekerjaan tersebut. Misalnya ketika ingin berangkat bekerja, kita bisa menyiapkan tas dan juga barang yang akan dibawa pada malam harinya. Jadi ketika pagi hari tiba, Anda bisa berangkat ke kantor dengan lebih leluasa tanpa harus menyiapkan tas kembali. Tentunya hal ini juga membuat Anda terhindar dari kemungkinan adanya barang tertinggal. Dengan dilakukannya kegiatan kecil, dapat mendorong Anda untuk bekerja dengan lebih giat.
Dengan mengasosiasikan suatu kegiatan dengan sebuah lokasi akan sangat membantu meningkatkan produktivitas. Misalnya dengan melakukan pekerjaan di kafe tertentu secara rutin, di lain waktu saat Anda berkunjung ke kafe tersebut, maka akan timbul adalah rasa ingin melakukan pekerjaan.
Metode anchoring effect adalah salah satu bias kognitif dimana otak manusia akan sangat bergantung pada informasi pertama yang ia terima saat mengambil keputusan. Apabila metode anchoring ini tidak tepat diterapkan, bisa jadi malah menimbulkan kesulitan saat proses pengambilan keputusan. Namun kita bisa mengubah perilaku ini menjadi sifat produktif, misalnya saat sedang berada di kendaraan umum saat menuju ke kantor, Anda bisa membiasakan diri untuk membaca buku sampai akhirnya Anda merasa bahwa kegiatan naik kendaraan umum saat menuju kantor harus dilakukan bersamaan dengan membaca buku.
Seperti yang sebelumnya sudah dibahas, ada kemungkinan bahwa menunda pekerjaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan karena adanya hubungan dengan penyakit mental. Dengan menghubungi profesional, Anda bisa mendapatkan diagnosa dan juga saran yang bisa Anda lakukan.
Di akhir kata, menunda-nunda pekerjaan merupakan suatu fenomena yang wajar terjadi pada setiap individu. Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya penundaan pekerjaan pada manusia, diantaranya adalah faktor kesehatan mental. Namun diluar itu, ada juga sifat alami dari otak manusia yang menyebabkan penundaan pekerjaan yang dinamakan dengan status quo bias. Hal ini bisa dicegah jika otak melepaskan hormon dopamin dengan jumlah yang cukup.
Setelah membaca artikel ini, diharapkan Anda dapat menjadi lebih produktif dan lebih sadar akan kesehatan mental masing-masing. Semoga artikel ini bermanfaat!
Sumber:
Caceres, Vanessa. 2021. "When Is Procrastination a Matter of Mental Health?". US News Health, https://health.usnews.com/wellness/articles/is-your-chronic-procrastination-actually-a-matter-of-mental-health. Diakses pada 02 Maret 2022.
Cherry, Kendra. 2022. "How the Status Quo Bias Affects Your Decisions". Verywell Mind, https://www.verywellmind.com/status-quo-bias-psychological-definition-4065385. Diakses pada 02 Maret 2022.
Nobutaka, Oohira. 2021. やる気に頼らず「すぐやる人」になる37のコツ (科学的に先延ばしをなくす技術) (37 Tips for Becoming a "Do-It-Yourselfer" Without Relying on Motivation (Technology to Eliminate Procrastination Scientifically)). Japan: Kanki Publishing.
Staff, Pon. 2019. "The Anchoring Effect and How it Can Impact Your Negotiation". Pon Harvard Edu, https://www.pon.harvard.edu/daily/negotiation-skills-daily/the-drawbacks-of-goals. Diakses pada 02 Maret 2022.