Kubis-Kubisan, Sayuran Pahit yang Mampu Turunkan Risiko Kanker

Friday, October 16, 2020

Apakah Anda familiar dengan brokoli, kubis, atau kembang kol?

 

Mereka adalah sayuran kubis-kubisan yang berasal dari genus Brassica, sama seperti sayuran arugula, bok choy, lobak, turnip, selada air, dan wasabi. Jenis sayuran ini mengandung vitamin yang melimpah, seperti vitamin C, E, dan K, serta kaya akan mineral dan zat kimia yang bermanfaat. Salah satu zat kimia di dalam sayuran kubis-kubisan adalah Glucosinolate yang memiliki khasiat antikanker.

 

Glucosinolate merupakan zat mengandung sulfur yang menjadi dalang di balik aroma tajam dan rasa pahit sayuran kubis-kubisan. Khasiat antikanker yang dimiliki Glucosinolate aktif saat sayuran ini dihancurkan, seperti saat dipotong-potong atau saat dikunyah. Penghancuran tersebut menyebabkan terpecahnya Glucosinolate menjadi senyawa-senyawa aktif lain, seperti senyawa Indole-3-Carbinol (I3C) dan Sulforaphane yang memiliki kemampuan menghambat perkembangan sel kanker.

 

I3C merupakan senyawa yang dapat berfungsi sebagai antioksidan alami. Dalam artikel “Cruciferous Vegetables and Cancer Prevention” yang dimuat dalam jurnal Nutrition and Cancer, dijelaskan bahwa mengonsumsi sayuran kubis-kubisan memberikan perlindungan terhadap kanker payudara dan kanker endometrium—kanker yang menyerang lapisan rahim bagian dalam—berkat kemampuan yang dimiliki I3C. Hal ini karena I3C dapat mengontrol hormon estrogen dalam tubuh, hormon yang mempengaruhi peningkatan ukuran tumor di kanker payudara dan kanker endometrium. I3C juga dapat mencegah peradangan dan penyakit kanker usus. Hal ini karena I3C dapat mencegah respon inflamasi atau peradangan dengan mengaktifkan protein bernama reseptor aril hidrokarbon (AHR).

 

Senyawa pecahan dari Glucosinolate yang lainnya adalah Sulforaphane. Sulforaphane memiliki kemampuan menetralkan zat-zat berbahaya dalam tubuh seperti karsinogen, zat yang dapat merusak dan mengubah DNA menjadi sel kanker. Penelitian yang dilakukan oleh Oregon State University juga menemukan bahwa Sulforaphane dapat memangkas sel kanker pada prostat dan sel-sel prostat yang mulai menunjukkan keabnormalan, tanpa mengganggu sel yang sehat. Hal ini menunjukkan bahwa Sulforaphane bukan hanya efektif tetapi juga aman untuk digunakan dalam perawatan kanker.

 

Meskipun berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kandungan Glucosinolate dalam sayuran kubis-kubisan mampu mengurangi risiko berbagai jenis kanker, cara memasak kubis-kubisan harus tetap diperhatikan. Ini karena kandungan bermanfaat dalam sayuran dapat hilang jika tidak dimasak dengan benar.

Sebagai contoh, penelitian yang dimuat dalam jurnal Pharmacological Research menyebutkan bahwa merebus brokoli selama 9 sampai 15 menit dapat mengurangi sekitar 18% sampai 59% kandungan Glucosinolate di dalam brokoli. Enzim myrosinase, enzim yang bercampur dengan Glucosinolate untuk membentuk senyawa sulforaphane, juga dapat hilang oleh panas, seperti merebus, mengukus, atau memanaskan brokoli dengan microwave.

Karena itu, saat sedang membaca resep dan bersiap memasak sayuran kubis-kubisan, pastikan proses memasaknya tidak menghilangkan kandungan-kandungan bermanfaat di dalam sayuran ini, ya!

 

Sumber:
Galgano, F., Favati, F., Caruso, M.,Pietrafesa, A., & Natella, S. (2007). The Influence of Processing and Preservation on the Retention of Health-Promoting Compounds in Broccoli. Journal of Food Dcience, 722, S130-5. 
Higdon, J. V., Delage, B., Williams, D. E.,& Dashwood, R. H. (2007). Cruciferous Vegetables and Human Cancer Risk: Epidemiologic Evidence and Mechanistic Basis. Pharmacological Research55(3), 224–236.
National Cancer Institute. (2001). Cruciferous Vegetables and Cancer Prevention.
Web, Densie. (2011). Powerful Prostate Cancer Fighters — From Arugula to Wasabi, Cruciferous Veggies Pack a Powerful Punch. Today’s Dietitian, Vol. 13, No. 10, P. 20
Subscribe for free resources
& news updates.
Thank you! Your submission has been received!
Oops! Something went wrong while submitting the form